Pelajaran Kimia tengah berlangsung saat aku mengetuk pintu secara kasar dan tiba-tiba. Aku segera menghampiri bu Sophia dan berbicara pelan padanya.
“Maaf bu.saya izin pulang karena ada urusan.”
“Urusan?”
“Begini bu..Besok saya ditugaskan kepala sekolah untuk berangkat ke Bali selama tujuh hari menghadiri undangan salah satu sekolah disana..oleh karena itu, saya izin pulang untuk memberitahu orangtua saya dan kemudian bersiap-siap..”
“Oh..ya sudah..hati-hati ya..jangan lupa oleh-oleh buat ibu..”
“Sip deh bu..”izin pulang sudah dikeluarkan dan aku mengambil tasku. Eza menatapku dengan seribu pertanyaan. Tapi aku mengacuhkan pandangannya begitu saja dan keluar dari kelas. Sialnya, hujan turun deras. Dan aku tak bisa berjalan karena lebatnya hujan mengaburkan pandanganku.tanpa sadar, aku memberanikan diri berjalan ditengah lebatnya hujan itu.
“Misa, jangan berhujan!tar Loe sakit gimana?!nih,pake payung Gue!!” sekelebat ingatan tentang ku dan Eza terlintas dalam otak bagai slideshow.air mataku jatuh tanpa kurasakan.betapa menyedihkan..hujan turun disaat aku ingin menangis..aku berulang kali berpikir dalam hati, kenapa Eza tak memberitahuku soal dia dengan Lisa..kenapa dia merahasiakan hal itu dariku..sementara sikapnya terus membuatku berharap..bahwa perasaan yang tertumpuk lama ini akan terbalas..tapi akhirnya, perasaan itu hancur berkeping-keping dibuatnya..betapa menyedihkan…aku terus berjalan tanpa memperdulikan tubuhku yang kedinginan diguyur hujan. Tiba-tiba aku mendengar suara gemericik air.dan suara langkah yang tengah berlari mendekatiku.apa itu Eza ? tak mungkin..Eza sekarang pasti sedang belajar..lalu..siapa?
“Dasar satupido! Kalo besok Loe sakit gimana ?ayo sini, payungku cukup gede koq buat kita berdua!” ditengah lebatnya hujan itu, Ryan terengah-engah sembari memegang payung bermotif pelangi yang ukurannya besar.dia menarikku masuk ke dalam payungnya.dia merogoh ranselnya dan mengeluarkan jaket abu-abu tikus tebal lalu menyodorkannya padaku.
“Lepas cardigan Loe!pake nih!”aku mengangguk dan melepas cardigan kuning ku dan memakai jaket tebalnya. Jaket itu sangat hangat dan membuatku nyaman,walau baju seragamku ikut-ikutan basah. Aku memaksakan senyum ku dan mengucap terimakasih padanya.
“Arigatou..yan..ternyata Loe punya sisi baek juga ya..padahal biasanya kan,mengesalkan..”ujarku mencoba mengajaknya bercanda.
“Do itashimashite..hei,..em..”
“Napa?”ujarku sambil melihat sosok dibalik kacamatanya yang berhembun karena hujan.
“Gak jadi..”ujarnya sambil memalingkan wajahnya.
“gedubrak..Loe tu aneh banget sih?!”
“Ye..situ sendiri gak ngerasa dirinya aneh?” tiba-tiba Ryan berhenti.
“Rumah Loe dimana ya?”
“Astaga!Yan!!jauuh dari sini la..”
“Ya udah, kita ke rumah gue dulu.trus tar gue anter Loe ampe Rumah.pegal kaki gue soalnya kalo jalan kaki ke rumah Loe!”
Aku terdiam menatapnya lagi.
‘ Kenapa selama ini tak kusadari, kalau bersama dengannya terasa begitu tenang.padahal, dari awal bertemu saja sudah berkelahi satu sama lain.sejak awal, aku selalu menceritakan keluh kesahku tentang Ryan pada Eza. Sampai-sampai Eza bosan mendengarnya. Aku selalu, selalu bersama dengan Ryan sejak aku menginjak kelas dua sma. Aku jarang menyisihkan waktuku dengan Eza karena kesibukanku mencari berita bersama Ryan.ya,mungkin aku tak seharusnya menjauhi Eza.tak seharusnya kau membuat Eza kesal , ataupun merasa cemburu pada Eza.sebenarnya rasa dalam diri ini hanyalah rasa takutku.aku takut jika Eza dimiliki orang lain..karena selama ini, Eza begitu perhatian padaku. Sejak kecil, teman sepermainanku hanyalah Eza.orang yang melindungiku hanyalah Eza.tapi kini, aku tak boleh bergantung Lagi pada Eza. Eza sudah memiliki orang yang akan dilindunginya baik- baik.kini aku harus lepas darinya..mencari jati diriku sendiri.’kami berdua berjalan sambil berdiam diri. Terus berjalan sampai akhirnya tiba di sebuah rumah penuh tanaman bercat kuning yang terlihat sangat luas.Ryan membuka pagar rumah yang tinggi itu dan mendorongku masuk bersamanya.
“Nah, ini Rumahku.bentar ya!”sebelum dia mengambil ancang-ancang.aku menghentikan langkahnya.aku menarik vest biru abu-abu khas wartawan kami yang tengah ia kenakan dan memberanikan diri bertanya.
“Hei,yan..kenapa..Loe gak pernah memanggilku dengan sebutan kakak ? kenapa..Loe selalu jahil banget sama Gue?”
“Gampang..”ujarnya tersenyum sok.”Karena gue..gak ngerasa kalo loe tu kakak angkatan gue!abisnya, tingkah Loe tu kayak anak kecil banget..”dia kemudian berhenti.
“Udalah..itu gak penting.lagian, mending sekarang gue anter Loe pulang aja.”Ryan berlari ke dalam sambil membuka garasinya.aku duduk di depan garasi sambil menatapi rintik hujan turun perlahan.sekilas,terlihat transparan.dan sekilas lagi, terlihat bagai ribuan jarum turun ke bumi.menyedihkan..hujan turun di saat aku menahan diriku untuk menangis.hari ini seharusnya, jika aku tak mengetahui soal Eza dan Lisa, aku pasti sekarang tengah berteduh di pangkalan bis bersama yang lain karena benar-benar ingin menonton Harry Potter. Kemarin saja, semua baik-baik saja.saat aku dan temanku menunggu di pangkalan bis, aku mengangkat telepon dari Eza yang menanyakan kepergianku.aku jawab saja dengan santai kalau aku dan beberapa anak-anak cewek kelas mau nonton hari Potter. Dan disaat telepon itu terputus, Lisa baru datang dan kami pergi. Dengan niat mendapatkan tiket paling depan, sebegitu tiba bioskop di penuhi banyak orang bagaikan arus air.semuanya berebut tiket sampai kami bermandi keringat orang lain, mulanya terpisah satu sama lain karena terseret arus, tapi setelah satu jam mencari, kami bertemu dengan keadaan mandi keringat orang lain.dan akhirnya pulang dengan niatan nonton sepulang sekolah hari ini.menyedihkan.
“HOI!”aku terkejut dan seketika berdiri. Ryan cekikikan melihatku sembari memegang sesuatu.
“RYAN!!!Loe tu ya!”
“Eh, Loe mau nemenin Gue gak? Mumpung sekarang gue nawarin nih..”ujarnya sambil mendengus malas.
“Kemana?”
“Ini”dia memberikan dua lembar kertas padaku. Aku melihat dan seketika terbelalak.
“Tiket nonton Harpot?”suaraku takkalah kuatnya dengan bunyi air hujan yang begitu deras di luar.
“Ya, Kakak gue lagi ngambek sama pacarnya.jadi dia ngasih tiket ini sama gue.tadinya, gue mau nonton sendiri.tapi kebetulan Loe nangkring disini,jadinya sekalian aja.itung-itung biar gak mubazir.”
‘Tiket bioskop twenty one..pasti kalau aku pergi,aku akan bertemu lagi sama mereka..’
“Sori Yan..”
“Udah de!temenin gue nonton!abisnya, kalo sendirian dijamin gue bakal ngantuk berat.”
“Baju gue??masa basah kuyup gini Loe ajak nonton sih ?”
“itu sih gampang..Loe bawa duit kan? Itung-itung beli baju buat di bali ntar..”Ryan terkekeh.sejenak aku tersenyum kesal. Aku memegangi sakuku.sebuah dompet milik dunhill yang di beri Ayah karena dompet ku sudah terlalu lama dan ketinggalan jaman.dompetnya sih, keren..walau isinya gak ngedukung banget. Aku benar-benar teringat di dompetku hanya tertinggal dua lembar kertas bergambar Soekarno Hatta dan gak salah lagi, baru dapet honor jurnalis kemarin. Karena ini tengah bulan, kalo orang bilang “bulan muda” mereka pas di awal, kalo aku termasuk “bulan muda” di akhiran. Alias, baru di kasih duit bulanan di akhir bulan.itupun harus rela melayang ditukar dengan buku komik dan action figure Conan yang gak bisa ku tinggalkan begitu saja.
“Sori, gue lagi kanker banget..” dia tertawa.
“Tenang aja kale!kali ini, anggep aja rasa terimakasih gue karena Loe udah bawa pesenan gue pas Liburan taun baru kemaren.masuk gih!satu jam dari sekarang tu film bakal di tayang.”
bersambung
selesai uhb
16 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar