The Beginning
“” Hujan deras turun hari ini…membuatku semakin kesal saja…ku batalkan janji untuk menonton dengan teman-teman.padahal, kemarin saja sampai ada yang berdarah untuk mendapatkan tiket film tengah booming itu..jujur saja, terkadang apa yang ada di dalam pikiranku itu benar adanya…lebih baik,kita tak tahu seluruh kenyataan karena siapa tahu kita bisa menjadi sakit jika mengetahui sesuatu yang sangat tak ingin kita inginkan untuuk terjadi kepada kita…””
pagi ini hari senin,seperti biasa..murid-murid di luar berlari kencang memasuki pintu pagar yang akan ditutup bertepatan hitungan ke sepuluh wakil kepala sekolah yang cepat darah tinggian itu..aku pun begitu.dari pertigaan sekolahku bisa kulihat tangan yang mengacung tinggi memperlihatkan tiga jari telunjuk diiringi suara lantang nan keras membuat seluruh siswa spot jantung karenanya.
“TIGA!!!”lekas,aku berlari sekuat tenaga bak seorang batter yang berlari mengelilingi base, aku berada di keadaaan safe.pintu gerbang makin menutup itu berhasil kulewati.sejenak membuat mood buruk pagi tadi menjadi lebih baik.aku melemparkan tasku ke pos satpam,karena tahu waktuku sangat sedikit untuk membaur dengan peserta upacara yang sudah berbaris rapi di lapangan dengan satu komando kepala sekolahku yang otoriter.dan kini,aku dua kali safe. sambil terengah-engah aku mengambil napas,berbaur dengan barisan kelasku di seberang pos ronda.aku menyunggingkan senyum kemenanganku dan lekas memakai topiku. Di sebelah barisanku, temanku itu menatapku sambil menepuk topiku.
“Eza!sakit nih…tega amet sih,gue lagi susah ngambil napas tahu!”
“SSSTTT!!” kompak suara itu dari teman barisanku di depan karena suaraku sangat besar dan terdengar sampai ke depan.aku mengerti dan berdehem melirik kepala sekolah yang melotot kepadaku.temanku Eza,malah cekikikan melihatku.
“dasar bodoh.kecilin dikit suara loe gih!tar, si bos melotot lagi..gak lucu kalo sampe loe diliat ama adek kelas gara-gara di strap ama kepsek ditengah lapangan.”
“Iya,iya!!”ujarku sambil berbisik ditengah keheningan.perhatian temanku tertuju pada sang pemimpin upacara yang gagah saat berjalan melewati mereka.maklum, cuci mata itu penting.melihat sosok ketua OSIS tengah berjalan gaya paskibraka gagahnya dengan tinggi bak pemain MBA berkulit putih dan potongan rambut cepak seperti anggota kemiliteran .Eza melirikku sambil mendengus.
“Woi..napa sih,minggu ini loe telat terus?”ujarnya sambil mencubit pipi ku.aku mengaduh kesakitan tapi tetap menjaga suaraku agar tak dilirik guru lagi.
“khh…yah..ada tugas yang harus gue kerjain tau!maknya seminggu ini gue begadang terus..”bukannya berhenti mencubit pipiku,Eza malah mencubitku makin keras.
“Sejak kapan loe jadi wanita malam,hah?udah gue bilang, berhenti aja loe jadi wartawan sekolah.digaji nggak seberapa , kalo ada salah, loe kena imbasnya..kerjaan macam apa tuh?!”Eza memang menolak keras saat aku memutuskan ikut klub wartawan sekolah. Memang sih, pada awalnya aku sempat berjanji padanya untuk masuk ke klub basket..tapi, aku merasa sedikit bosan karena 3 tahun dismp ku sudah diwarnai sedih susahnya basket.jadi, aku memutuskan untuk melakukan suatu hal yang belum ku coba sebelumnya. Dan itu adalah menjadi wartawan sekolah.
“uda deh Za, loe kan pernah bilang kalo gue seneng, ya loe pasti seneng juga.gitu aja de..sekarang gue enjoy banget sama klub gue.lagian juga, seminggu ini gak ada job buatku deh..aku Cuma ngabisin lima game RPG utangku sama Aga.. batas peminjemannya kan sampe hari ini.loe tau ndiri kan Aga tu gimana ?” ujarku sambil melirik cowok tinggi agak bungkuk berambut ikal dua barisan di sebelah Eza yang memakai kacamata gede menutupi hidungnya.
“Cih, makanya jangan pinjem lagi sama dia dong…sama gue aja napa sih?” ujar Eza sedikit kesal.untungnya,tangan jahilnya sudah tak bertengger di pipiku lagi.
“ye..semua game Loe mah Battle doang..makanya sekali-kali RPG kek, nyari game tu..yang nguras otak..biar terasah tu otak..”ujar ku pelan sambil menjulurkan lidah.
“ Tapi semuanya udah selesai kan?...lain kali jangan begadang lagi ya..gak baek buat kesehatan loe tau!”
Aku mengangguk cepat sambil terkekeh. Dalam hati aku sendiri berpikir,Eza itu selalu mengkhawatirkan keadaanku.mungkin karena aku ini teman baiknya yang selalu bersama sejak tk.sedikit-sedikit aku mencuri pandang pada Eza. Cowok tinggi tegap berbadan atletis, siapa sih yang kagak nahan sama godaannya ? di kelas, semua mata tertuju padaku penuh iri.jelas saja, Eza tak pernah dekat dengan cewek selain aku. Sikapnya terhadap cewek pun sebegitu dinginnya dan terkadang rada galak.anehnya, justru kaum hawa selain dirinya itu malah semakin tertarik mendekatinya. Jujur saja, dalm hati ini sendiri sudah tercipta rasa itu. Tapi tak tahu kapan ingin mengungkapkannya.karena, aku takut.pertemanan kami hancur karenanya.tak sadar, upacara pun selesai. Satu persatu kelas dibubarkan oleh anak paskib yang merangkap OSIS. Aku menyeret Eza untuk menemaniku mengambil tas yang kutinggalkan di pos satpam. Setelah itu, kami mengambil jalan pintas.tapi tiba-tiba Eza berhenti dan menyuruhku ke kelas sendirian.aku kebingungan sambil menenteng tas hitam selempang berhias pernik detektif conan itu. Saat melalui jalan pintas, ternyata jalan itu becek alias berlumpur. lumpurnya membuat sepatuku licin dan aku nyaris terjatuh jika tak ada orang yang menopangku dari belakang . untungnya, nasibku masih ada baiknya. Ada seseorang yang memegangiku sehingga aku tak terjatuh. Aku menoleh ke belakang untuk mengucapkan terima kasih. Tapi ternyata, aku mendapatkan zonk. Yang menolongku adalah adik kelas yang paling aku benci, si gila naruto perwakilan wartawan sekolah kelas sepuluh di klubku, dan tak lain tak bukan, kami berdua adalah partner wartawan sekolah karena kak Ima sudah tak aktif lagi sebagai wartawan karena akan bersiap menghadapi ujian nasional.
“He, satupido onna!jalan tu ati-ati tau!” gaya bicaranya yang sok ke jepang-jepangan itu membuatku sekejap naik pitam.
“heh, Onna otoko!kalo gak niat nolongin ya gak usah ditolongin tau!tar gue yang kena dosanya, yang nolong gue kagak ikhlas nolongin.”setidaknya, aku pun berlogat ke jepang – jepangan karena kami sama- sama les bahasa jepang di tempat yang sama.dia terkekeh sambil berjalan mendahuluiku.aku melihat dia membopong tas berpernik naruto sambil berjalan dengan gaya jalan aneh khasnya tentunya.aku mendengus sambil tersenyum kecil
“Ternyata tu cowok senasib ama gue..”setidaknya,walau sering bertengkar layaknya Tom and Jerry, kakak kelas menilai teamwork kami yang terbaik di klub. Karena kami memiliki beberapa kesamaan begitu khas.lalu,
“walau menyebalkan, satu satunya kakak kelas yang diturutinya hanyalah aku. Mungkin karena aku terlalu galak? Tentu tidak, gini – gini aku dinobati sebagai kakak ter cool waktu polling di acara pengukuhan Januari kemarin.” Pikirku dalam hati dengan bangga sambil terus berjalan menuju kelasku sebelum Miss.Patrick, julukan buat guru matematika ku memasuki kelas.aku melewati pertigaan kelas sepuluh saat aku tak sengaja melihat Reza berjalan dengan anak baru di kelasku.sejenak, otak detektif ku berputar. Dan berakhir dengan kesimpulan.
“ Mungkinkah alasan Eza meninggalkanku karena anak baru itu ?”.
Lagi-lagi aku mengesampingkan pikiranku. Ini akibatnya kalau terlalu sering membaca novel dan komik detektif . membuatku mempunyai ‘allertness’. Papa bilang padaku via penerjemahan sebagai seorang psychologist ,‘allertness ’ adalah semacam perasaan yang datang tiba-tiba seolah memperingati kita akan terjadi sesuatu yang buruk..dan sekarang, sekilas aku melihat Eza bersamanya, aku langsung merasa tidak enak.aku sengaja menunggu mereka masuk terlebih dahulu dan sekitar satu menit kemudian, aku masuk ke kelasku.suasana yang ricuh seperti biasa. Aku melangkahkan kakiku ke bangku ku, bangku ketiga dari dua blok dihitung saat masuk ke dalam kelas. Memang, sejak kelas satu aku duduk pun bersama Eza. Tapi kali ini, aku mencoba untuk mengetes dugaanku kepadanya. Aku meletakkan tasku dan beranjak dari tempat itu sebelum guru datang.
“Za, gue ada urusan bentar ama Rara. Loe duduk sama Lisa pas pelajaran Miss. Patrick ya ?” sekejap aku melihat ekspresi Eza.memang, Eza tak bisa menyembunyikan ekspresinya jika bersamaku. Sekejap mukanya memerah walau ditutupinya dengan komik death note yang asyik dia baca sambil menyetel i-pod miliknya.sejenak perasaanku semakin tak enak.
“ Kok, tiba-tiba gitu sih?emangnya apa sih urusan Loe sama Rara ampe tukeran tempat duduk sementara ?” secepat kilat aku memikirkan alasannya.dalam 0,1 detik aku segera memberi alasan.
“Loe tau kan Za, kemaren gue jalan sama anak-anak buat jihad nonton Harpot yang terbaru..kan udah gue certain kalo kemaren gagal total.jadinya,gue nanya ama Rara.dia ngusulin buat nonton hari ini coz dia mau nitip tiket ama kakaknya yang kerja di twenty one..”sebelum dihujani pertanyaan lebih lanjut yang intinya aku gak boleh transmigrasi ke bangkunya Rara, aku cepat berlari ke belakang dan meminta Lisa untuk pindah ke bangku ku. langsung saja, sambil mengangguk pelan Lisa berjalan dan duduk di bangku Eza. Suasana kelas yang ricuh lantas sunyi sekejap dan ketua dari ketua yang paling rebut di kelas,Kusuma langsung saja angkat suara bernada mengejek berbarengan koor anak cowok lainnya.aku pun duduk di sebelah Rara dan memulai basa-basi.
“Ra,gimana hari ini? Jadi gak?”
“Siip deh,pokoknya taunya pulang sekolah,kita langsung ke twenty one,oke cuy?”aku tahu Rara memang bisa diandalkan. Salah satu pe basket termungil yang always ngomong nyeplos apa adanya itu memang selalu menepati janji yang terucap dari mulut mungilnya itu.
“Oh ya, sekalian gue nanya deh…”ujarku bernada sedikit serius. Rara langsung connect dengan keseriusanku membisikiku.
“pasti soal Eza ama Lisa,kan?” sip!jackpot.tepat sasaran banget.aku mengangguk cepat.
“Sebenernya….”Rara membisikiku. Kontan aku berdiri sambil mengucap,
“APA?” kontan seluruh mata tertuju padaku.Miss.Patrick itu tak khayal menoleh sambil menatapku seolah ingin memakanku bulat-bulat.
“Ada apa saudari Misa ?”
“Ah, saya hanya terkejut melihat bahan mid semester yang ibu tuliskan saja…karena saya sudah banyak tidak masuk sekolah…jadi, ibu pasti bisa memaklumi kalau saya terkejut melihat mata pelajaran yang belum saya pelajari tertera di papan tulis sebagai bahan ujian..”
“Oh,kalau begitu, setiap istirahat kamu bisa bertanya pada ibu..itupun jika kamu sedang senggang..”
“Terimakasih banyak bu..” aku duduk sambil menghela napas.Rara cekikikan melihat tampang sekaratku itu.
“Makanya..gak usah terlalu terkejut gitu deh…biasa aja kale!”
“sori deh..phew..untung cepat-cepat bikin alasan..kalo nggak…”
“Hahaha…kalo Loe gak pakr di bidang itu, gak bakalan betah deh Loe jadi wartawan..”
“Khh..emangnya jadi wartawan harus pinter-pinter cari alasan,gitu?dasar…kalo gue gak wawancarain Kak Kevin dulu, Loe pasti gak bisa deh…”
“Iya,gue ngerti..gue gak bakal bisa jadi pacarnya,kan?ok thanks banget buat yang satu itu..anyway,jadi gak ni, balik nonton film?mo ikut gak?”
“Err..kayanya gak deh Ra..Loe kasih aja tu tiket sama ZeLa, doi kan ngebet banget mo ketemu ama Daniel Radclife pujaannya itu..sayangnya aja,akhir bulan gini dia lagi bokek..ajak aja dia, bilang itu gratis dari gue..gue ada forum yang harus diikuti pulang ini..sori ya?”
“uda deh, ngomong aja kalo loe gak mau jalan bareng Lisa yang udah ngerebut Eza dari Loe kan?”
“Ye,bukan kale!sejak kapan Loe jadi memvonis gue seneng ama Eza?lagian gue ama dia Cuma temen dan gak lebih!”ujarku sembari mengerjakan latihan matematika segunung yang diberikan Miss. Patrick barusan.
“Yah,sapa tau? Soalnya…Loe kelihatan cemburu berat de..”
“Ih,enak aja…dia kan sohib Gue dari kecil..justru yang gue keselin,napa dia gak ngasih tau Gue duluan soal itu…secara, berarti dia gak nganggep Gue sohibnya dong?”
“Gak gitu kale!”aku tertawa cekikikan dengan Rara.berusaha menyembunyikan hatiku yang terasa pahit,pahit sekali…mendengar Reza jadian sama orang lain.terlebih, aku sama sekali tak tahu menahu soal itu.padahal, jika dia menganggapku sebagai sahabatnya..pastinya dia akan cerita..toh selama ini, hal sekecil apapun akan diceritakan
bersambung..
selesai uhb
16 tahun yang lalu
1 komentar:
cerita yang bagus, tapi jgn smp tebaco sm wakasek bae yeee
wakakakaka
Posting Komentar