Jumat, 06 Maret 2009
lanjutannya lagi
“Maaf bu.saya izin pulang karena ada urusan.”
“Urusan?”
“Begini bu..Besok saya ditugaskan kepala sekolah untuk berangkat ke Bali selama tujuh hari menghadiri undangan salah satu sekolah disana..oleh karena itu, saya izin pulang untuk memberitahu orangtua saya dan kemudian bersiap-siap..”
“Oh..ya sudah..hati-hati ya..jangan lupa oleh-oleh buat ibu..”
“Sip deh bu..”izin pulang sudah dikeluarkan dan aku mengambil tasku. Eza menatapku dengan seribu pertanyaan. Tapi aku mengacuhkan pandangannya begitu saja dan keluar dari kelas. Sialnya, hujan turun deras. Dan aku tak bisa berjalan karena lebatnya hujan mengaburkan pandanganku.tanpa sadar, aku memberanikan diri berjalan ditengah lebatnya hujan itu.
“Misa, jangan berhujan!tar Loe sakit gimana?!nih,pake payung Gue!!” sekelebat ingatan tentang ku dan Eza terlintas dalam otak bagai slideshow.air mataku jatuh tanpa kurasakan.betapa menyedihkan..hujan turun disaat aku ingin menangis..aku berulang kali berpikir dalam hati, kenapa Eza tak memberitahuku soal dia dengan Lisa..kenapa dia merahasiakan hal itu dariku..sementara sikapnya terus membuatku berharap..bahwa perasaan yang tertumpuk lama ini akan terbalas..tapi akhirnya, perasaan itu hancur berkeping-keping dibuatnya..betapa menyedihkan…aku terus berjalan tanpa memperdulikan tubuhku yang kedinginan diguyur hujan. Tiba-tiba aku mendengar suara gemericik air.dan suara langkah yang tengah berlari mendekatiku.apa itu Eza ? tak mungkin..Eza sekarang pasti sedang belajar..lalu..siapa?
“Dasar satupido! Kalo besok Loe sakit gimana ?ayo sini, payungku cukup gede koq buat kita berdua!” ditengah lebatnya hujan itu, Ryan terengah-engah sembari memegang payung bermotif pelangi yang ukurannya besar.dia menarikku masuk ke dalam payungnya.dia merogoh ranselnya dan mengeluarkan jaket abu-abu tikus tebal lalu menyodorkannya padaku.
“Lepas cardigan Loe!pake nih!”aku mengangguk dan melepas cardigan kuning ku dan memakai jaket tebalnya. Jaket itu sangat hangat dan membuatku nyaman,walau baju seragamku ikut-ikutan basah. Aku memaksakan senyum ku dan mengucap terimakasih padanya.
“Arigatou..yan..ternyata Loe punya sisi baek juga ya..padahal biasanya kan,mengesalkan..”ujarku mencoba mengajaknya bercanda.
“Do itashimashite..hei,..em..”
“Napa?”ujarku sambil melihat sosok dibalik kacamatanya yang berhembun karena hujan.
“Gak jadi..”ujarnya sambil memalingkan wajahnya.
“gedubrak..Loe tu aneh banget sih?!”
“Ye..situ sendiri gak ngerasa dirinya aneh?” tiba-tiba Ryan berhenti.
“Rumah Loe dimana ya?”
“Astaga!Yan!!jauuh dari sini la..”
“Ya udah, kita ke rumah gue dulu.trus tar gue anter Loe ampe Rumah.pegal kaki gue soalnya kalo jalan kaki ke rumah Loe!”
Aku terdiam menatapnya lagi.
‘ Kenapa selama ini tak kusadari, kalau bersama dengannya terasa begitu tenang.padahal, dari awal bertemu saja sudah berkelahi satu sama lain.sejak awal, aku selalu menceritakan keluh kesahku tentang Ryan pada Eza. Sampai-sampai Eza bosan mendengarnya. Aku selalu, selalu bersama dengan Ryan sejak aku menginjak kelas dua sma. Aku jarang menyisihkan waktuku dengan Eza karena kesibukanku mencari berita bersama Ryan.ya,mungkin aku tak seharusnya menjauhi Eza.tak seharusnya kau membuat Eza kesal , ataupun merasa cemburu pada Eza.sebenarnya rasa dalam diri ini hanyalah rasa takutku.aku takut jika Eza dimiliki orang lain..karena selama ini, Eza begitu perhatian padaku. Sejak kecil, teman sepermainanku hanyalah Eza.orang yang melindungiku hanyalah Eza.tapi kini, aku tak boleh bergantung Lagi pada Eza. Eza sudah memiliki orang yang akan dilindunginya baik- baik.kini aku harus lepas darinya..mencari jati diriku sendiri.’kami berdua berjalan sambil berdiam diri. Terus berjalan sampai akhirnya tiba di sebuah rumah penuh tanaman bercat kuning yang terlihat sangat luas.Ryan membuka pagar rumah yang tinggi itu dan mendorongku masuk bersamanya.
“Nah, ini Rumahku.bentar ya!”sebelum dia mengambil ancang-ancang.aku menghentikan langkahnya.aku menarik vest biru abu-abu khas wartawan kami yang tengah ia kenakan dan memberanikan diri bertanya.
“Hei,yan..kenapa..Loe gak pernah memanggilku dengan sebutan kakak ? kenapa..Loe selalu jahil banget sama Gue?”
“Gampang..”ujarnya tersenyum sok.”Karena gue..gak ngerasa kalo loe tu kakak angkatan gue!abisnya, tingkah Loe tu kayak anak kecil banget..”dia kemudian berhenti.
“Udalah..itu gak penting.lagian, mending sekarang gue anter Loe pulang aja.”Ryan berlari ke dalam sambil membuka garasinya.aku duduk di depan garasi sambil menatapi rintik hujan turun perlahan.sekilas,terlihat transparan.dan sekilas lagi, terlihat bagai ribuan jarum turun ke bumi.menyedihkan..hujan turun di saat aku menahan diriku untuk menangis.hari ini seharusnya, jika aku tak mengetahui soal Eza dan Lisa, aku pasti sekarang tengah berteduh di pangkalan bis bersama yang lain karena benar-benar ingin menonton Harry Potter. Kemarin saja, semua baik-baik saja.saat aku dan temanku menunggu di pangkalan bis, aku mengangkat telepon dari Eza yang menanyakan kepergianku.aku jawab saja dengan santai kalau aku dan beberapa anak-anak cewek kelas mau nonton hari Potter. Dan disaat telepon itu terputus, Lisa baru datang dan kami pergi. Dengan niat mendapatkan tiket paling depan, sebegitu tiba bioskop di penuhi banyak orang bagaikan arus air.semuanya berebut tiket sampai kami bermandi keringat orang lain, mulanya terpisah satu sama lain karena terseret arus, tapi setelah satu jam mencari, kami bertemu dengan keadaan mandi keringat orang lain.dan akhirnya pulang dengan niatan nonton sepulang sekolah hari ini.menyedihkan.
“HOI!”aku terkejut dan seketika berdiri. Ryan cekikikan melihatku sembari memegang sesuatu.
“RYAN!!!Loe tu ya!”
“Eh, Loe mau nemenin Gue gak? Mumpung sekarang gue nawarin nih..”ujarnya sambil mendengus malas.
“Kemana?”
“Ini”dia memberikan dua lembar kertas padaku. Aku melihat dan seketika terbelalak.
“Tiket nonton Harpot?”suaraku takkalah kuatnya dengan bunyi air hujan yang begitu deras di luar.
“Ya, Kakak gue lagi ngambek sama pacarnya.jadi dia ngasih tiket ini sama gue.tadinya, gue mau nonton sendiri.tapi kebetulan Loe nangkring disini,jadinya sekalian aja.itung-itung biar gak mubazir.”
‘Tiket bioskop twenty one..pasti kalau aku pergi,aku akan bertemu lagi sama mereka..’
“Sori Yan..”
“Udah de!temenin gue nonton!abisnya, kalo sendirian dijamin gue bakal ngantuk berat.”
“Baju gue??masa basah kuyup gini Loe ajak nonton sih ?”
“itu sih gampang..Loe bawa duit kan? Itung-itung beli baju buat di bali ntar..”Ryan terkekeh.sejenak aku tersenyum kesal. Aku memegangi sakuku.sebuah dompet milik dunhill yang di beri Ayah karena dompet ku sudah terlalu lama dan ketinggalan jaman.dompetnya sih, keren..walau isinya gak ngedukung banget. Aku benar-benar teringat di dompetku hanya tertinggal dua lembar kertas bergambar Soekarno Hatta dan gak salah lagi, baru dapet honor jurnalis kemarin. Karena ini tengah bulan, kalo orang bilang “bulan muda” mereka pas di awal, kalo aku termasuk “bulan muda” di akhiran. Alias, baru di kasih duit bulanan di akhir bulan.itupun harus rela melayang ditukar dengan buku komik dan action figure Conan yang gak bisa ku tinggalkan begitu saja.
“Sori, gue lagi kanker banget..” dia tertawa.
“Tenang aja kale!kali ini, anggep aja rasa terimakasih gue karena Loe udah bawa pesenan gue pas Liburan taun baru kemaren.masuk gih!satu jam dari sekarang tu film bakal di tayang.”
bersambung
Jumat, 13 Februari 2009
tentang at the rainy day
namonyo jugo apresiasi seni yo dak ?
at the rainy day part 2
Bel istirahat pun berbunyi. Selama pelajaran biologi, aku tak meghiraukan satu pun kata yang ditujukan Eza padaku. Dan disaat dia sedikit marah karenanya, aku hanya bisa menjawab aku ingin mengejar ketinggalan pelajaran.padahal, tak satupun perkataan Bu Sheila masuk ke dalam otakku.seperti kata orang, “masuk kuping kanan keluar kuping kiri” .Dalam hati ini berkecamuk seribu pertanyaan yang tak dapat keluar dari hati. Sejenak aku masih saja terdiam di bangku ku. Berpura-pura sibuk menatapi buku catatan ku. Eza sedari tadi duduk di sebelahku tak kuhiraukan sama sekali. Sejenak semua mata tertuju pada kami karena tak biasanya aku dan Eza saling berdiam diri. Aku mendengar decakan penuh kesal dari Eza. Langsung saja dia memegangi kedua pipiku dan membuatku menoleh kepadanya.
“Apa sih,Za?”
“Loe tuh yang kenapa?!Misa, napa sih dari tadi Loe diemin gue terus!!emangnya Gue salah apa?!”ujar Eza histeris menatapku dengan wajah seriusnya. Aku paling tak tahan dan berdoa dalam hati semoga ada dewa penyelamatku kali ini. Dan benar saja , Kusuma tiba-tiba berteriak.
“Oi, jadila mesra-mesraan tu!He, Misa..adek Loe manggil nih!”
“Adek?!enak aja!dia itu partner gue tau!”segera aku berdiri dan membawa notes ku.
“Sorry Za, nanti aja,Ok?!”ujarku sambil menarik keluar partnerku itu.dia terlihat bingung melihat tingkahku secara tiba-tiba itu.
“Hei,Loe tu napa sih?!kita mau kemana sih?!Shouki de nai!”
“Eh,Gomen..Gomen, yan!” aku melepas tanganku dari Ryan. Dia memegangi pergelangan tangannya.
“Heh,Baka!Gue ke kelas Loe tadi tuh cuma konfirmasi doank,kalo kita berdua dipanggil ke ruang Kepsek.ayo!”ujarnya yang berbalik memegangi tanganku.walau menahan malu, setidaknya aku ingin berterimakasih karena Ryan mengeluarkanku dari “mulut harimau”.jika Ryan tak datang, mungkin Eza akan terus memaksanya untuk mengaku kenapa aku mengindarinya hari ini.
“em..Yan,Arigatou ya..”
“Hah?buat?”
“Ah, nggak.Loe gak perlu tahu.”
“dasar.cewek aneh..”genggaman tangan Ryan terasa begitu kuat dan hangat. Hampir sama dengan genggaman tangan Eza padaku.
Aku tak menyangka, seorang cowok satu spesies denganku (gila anime), yang terlihat sangat innocent dibalik raut muka mirip orang Jepang ternyata terlihat begitu gagah dari belakang.atau mungkin, saat ini aku terlalu terbawa kesedihan.tapi setidaknya kali ini aku merasa bersyukur akan kehadiran Ryan.
ÓÓÓÓÓÓ
“
“Hontou..ni?”
Perkataan singkat sang kepala sekolah serentak membuat aku dan Ryan terbengong lalu saling pandang satu sama lain.
“Iya. Sebuah undangan dari salah satu sekolah di
“ Besok, saya tunggu jawaban terakhir kalian..silahkan kembali ke kelas kalian masing-masing.” Aku dan Ryan keluar dari ruangan kepala sekolah. Kami berdua bertatapan lama.
“Gimana?”
“bonyok gue mah pasti setuju aja, selama tujuan jelas,apalagi ini
“Gue..juga pasti dikasih sama bonyok, tapi..ada seseorang yang pasti ngelarang gue buat pergi..”
“Pasti Kak Eza..ya,
DEG!!tebakan Ryan benar-benar tepat sasaran. Aku tak tahu harus berbicara apa, karena itu memang benar.
“ Duh…Emangnya kak Eza siapanya Loe sih ?!gini aja deh, Loe harus ikutin apa kata hati Loe. Kalo Loe gak ikut,itu berarti gue juga gak bisa ikut.” Kali ini Ryan bernada serius padaku.aku menjawab asal-asalan karena jantungku berdetak begitu cepat.
“Ho..Loe
“Ryan?”
“Gimana gue bisa..pergi kesana tanpa Loe..kita
“Ya udah, gue ikut!puas Loe!udah!gue mo balik ke kelas!” ujarku sambil berlari kencang tak perduli meninggalkannya yang terdiam mendengar aku berteriak.
bersambungJumat, 06 Februari 2009
gaaaaaaRRRR000nG
Kamis, 05 Februari 2009
At The Rainy day
“” Hujan deras turun hari ini…membuatku semakin kesal saja…ku batalkan janji untuk menonton dengan teman-teman.padahal, kemarin saja sampai ada yang berdarah untuk mendapatkan tiket film tengah booming itu..jujur saja, terkadang apa yang ada di dalam pikiranku itu benar adanya…lebih baik,kita tak tahu seluruh kenyataan karena siapa tahu kita bisa menjadi sakit jika mengetahui sesuatu yang sangat tak ingin kita inginkan untuuk terjadi kepada kita…””
pagi ini hari senin,seperti biasa..murid-murid di luar berlari kencang memasuki pintu pagar yang akan ditutup bertepatan hitungan ke sepuluh wakil kepala sekolah yang cepat darah tinggian itu..aku pun begitu.dari pertigaan sekolahku bisa kulihat tangan yang mengacung tinggi memperlihatkan tiga jari telunjuk diiringi suara lantang nan keras membuat seluruh siswa spot jantung karenanya.
“TIGA!!!”lekas,aku berlari sekuat tenaga bak seorang batter yang berlari mengelilingi base, aku berada di keadaaan safe.pintu gerbang makin menutup itu berhasil kulewati.sejenak membuat mood buruk pagi tadi menjadi lebih baik.aku melemparkan tasku ke pos satpam,karena tahu waktuku sangat sedikit untuk membaur dengan peserta upacara yang sudah berbaris rapi di lapangan dengan satu komando kepala sekolahku yang otoriter.dan kini,aku dua kali safe. sambil terengah-engah aku mengambil napas,berbaur dengan barisan kelasku di seberang pos ronda.aku menyunggingkan senyum kemenanganku dan lekas memakai topiku. Di sebelah barisanku, temanku itu menatapku sambil menepuk topiku.
“Eza!sakit nih…tega amet sih,gue lagi susah ngambil napas tahu!”
“SSSTTT!!” kompak suara itu dari teman barisanku di depan karena suaraku sangat besar dan terdengar sampai ke depan.aku mengerti dan berdehem melirik kepala sekolah yang melotot kepadaku.temanku Eza,malah cekikikan melihatku.
“dasar bodoh.kecilin dikit suara loe gih!tar, si bos melotot lagi..gak lucu kalo sampe loe diliat ama adek kelas gara-gara di strap ama kepsek ditengah lapangan.”
“Iya,iya!!”ujarku sambil berbisik ditengah keheningan.perhatian temanku tertuju pada sang pemimpin upacara yang gagah saat berjalan melewati mereka.maklum, cuci mata itu penting.melihat sosok ketua OSIS tengah berjalan gaya paskibraka gagahnya dengan tinggi bak pemain MBA berkulit putih dan potongan rambut cepak seperti anggota kemiliteran .Eza melirikku sambil mendengus.
“Woi..napa sih,minggu ini loe telat terus?”ujarnya sambil mencubit pipi ku.aku mengaduh kesakitan tapi tetap menjaga suaraku agar tak dilirik guru lagi.
“khh…yah..ada tugas yang harus gue kerjain tau!maknya seminggu ini gue begadang terus..”bukannya berhenti mencubit pipiku,Eza malah mencubitku makin keras.
“Sejak kapan loe jadi wanita malam,hah?udah gue bilang, berhenti aja loe jadi wartawan sekolah.digaji nggak seberapa , kalo ada salah, loe kena imbasnya..kerjaan macam apa tuh?!”Eza memang menolak keras saat aku memutuskan ikut klub wartawan sekolah. Memang sih, pada awalnya aku sempat berjanji padanya untuk masuk ke klub basket..tapi, aku merasa sedikit bosan karena 3 tahun dismp ku sudah diwarnai sedih susahnya basket.jadi, aku memutuskan untuk melakukan suatu hal yang belum ku coba sebelumnya. Dan itu adalah menjadi wartawan sekolah.
“uda deh Za, loe kan pernah bilang kalo gue seneng, ya loe pasti seneng juga.gitu aja de..sekarang gue enjoy banget sama klub gue.lagian juga, seminggu ini gak ada job buatku deh..aku Cuma ngabisin lima game RPG utangku sama Aga.. batas peminjemannya kan sampe hari ini.loe tau ndiri kan Aga tu gimana ?” ujarku sambil melirik cowok tinggi agak bungkuk berambut ikal dua barisan di sebelah Eza yang memakai kacamata gede menutupi hidungnya.
“Cih, makanya jangan pinjem lagi sama dia dong…sama gue aja napa sih?” ujar Eza sedikit kesal.untungnya,tangan jahilnya sudah tak bertengger di pipiku lagi.
“ye..semua game Loe mah Battle doang..makanya sekali-kali RPG kek, nyari game tu..yang nguras otak..biar terasah tu otak..”ujar ku pelan sambil menjulurkan lidah.
“ Tapi semuanya udah selesai kan?...lain kali jangan begadang lagi ya..gak baek buat kesehatan loe tau!”
Aku mengangguk cepat sambil terkekeh. Dalam hati aku sendiri berpikir,Eza itu selalu mengkhawatirkan keadaanku.mungkin karena aku ini teman baiknya yang selalu bersama sejak tk.sedikit-sedikit aku mencuri pandang pada Eza. Cowok tinggi tegap berbadan atletis, siapa sih yang kagak nahan sama godaannya ? di kelas, semua mata tertuju padaku penuh iri.jelas saja, Eza tak pernah dekat dengan cewek selain aku. Sikapnya terhadap cewek pun sebegitu dinginnya dan terkadang rada galak.anehnya, justru kaum hawa selain dirinya itu malah semakin tertarik mendekatinya. Jujur saja, dalm hati ini sendiri sudah tercipta rasa itu. Tapi tak tahu kapan ingin mengungkapkannya.karena, aku takut.pertemanan kami hancur karenanya.tak sadar, upacara pun selesai. Satu persatu kelas dibubarkan oleh anak paskib yang merangkap OSIS. Aku menyeret Eza untuk menemaniku mengambil tas yang kutinggalkan di pos satpam. Setelah itu, kami mengambil jalan pintas.tapi tiba-tiba Eza berhenti dan menyuruhku ke kelas sendirian.aku kebingungan sambil menenteng tas hitam selempang berhias pernik detektif conan itu. Saat melalui jalan pintas, ternyata jalan itu becek alias berlumpur. lumpurnya membuat sepatuku licin dan aku nyaris terjatuh jika tak ada orang yang menopangku dari belakang . untungnya, nasibku masih ada baiknya. Ada seseorang yang memegangiku sehingga aku tak terjatuh. Aku menoleh ke belakang untuk mengucapkan terima kasih. Tapi ternyata, aku mendapatkan zonk. Yang menolongku adalah adik kelas yang paling aku benci, si gila naruto perwakilan wartawan sekolah kelas sepuluh di klubku, dan tak lain tak bukan, kami berdua adalah partner wartawan sekolah karena kak Ima sudah tak aktif lagi sebagai wartawan karena akan bersiap menghadapi ujian nasional.
“He, satupido onna!jalan tu ati-ati tau!” gaya bicaranya yang sok ke jepang-jepangan itu membuatku sekejap naik pitam.
“heh, Onna otoko!kalo gak niat nolongin ya gak usah ditolongin tau!tar gue yang kena dosanya, yang nolong gue kagak ikhlas nolongin.”setidaknya, aku pun berlogat ke jepang – jepangan karena kami sama- sama les bahasa jepang di tempat yang sama.dia terkekeh sambil berjalan mendahuluiku.aku melihat dia membopong tas berpernik naruto sambil berjalan dengan gaya jalan aneh khasnya tentunya.aku mendengus sambil tersenyum kecil
“Ternyata tu cowok senasib ama gue..”setidaknya,walau sering bertengkar layaknya Tom and Jerry, kakak kelas menilai teamwork kami yang terbaik di klub. Karena kami memiliki beberapa kesamaan begitu khas.lalu,
“walau menyebalkan, satu satunya kakak kelas yang diturutinya hanyalah aku. Mungkin karena aku terlalu galak? Tentu tidak, gini – gini aku dinobati sebagai kakak ter cool waktu polling di acara pengukuhan Januari kemarin.” Pikirku dalam hati dengan bangga sambil terus berjalan menuju kelasku sebelum Miss.Patrick, julukan buat guru matematika ku memasuki kelas.aku melewati pertigaan kelas sepuluh saat aku tak sengaja melihat Reza berjalan dengan anak baru di kelasku.sejenak, otak detektif ku berputar. Dan berakhir dengan kesimpulan.
“ Mungkinkah alasan Eza meninggalkanku karena anak baru itu ?”.
Lagi-lagi aku mengesampingkan pikiranku. Ini akibatnya kalau terlalu sering membaca novel dan komik detektif . membuatku mempunyai ‘allertness’. Papa bilang padaku via penerjemahan sebagai seorang psychologist ,‘allertness ’ adalah semacam perasaan yang datang tiba-tiba seolah memperingati kita akan terjadi sesuatu yang buruk..dan sekarang, sekilas aku melihat Eza bersamanya, aku langsung merasa tidak enak.aku sengaja menunggu mereka masuk terlebih dahulu dan sekitar satu menit kemudian, aku masuk ke kelasku.suasana yang ricuh seperti biasa. Aku melangkahkan kakiku ke bangku ku, bangku ketiga dari dua blok dihitung saat masuk ke dalam kelas. Memang, sejak kelas satu aku duduk pun bersama Eza. Tapi kali ini, aku mencoba untuk mengetes dugaanku kepadanya. Aku meletakkan tasku dan beranjak dari tempat itu sebelum guru datang.
“Za, gue ada urusan bentar ama Rara. Loe duduk sama Lisa pas pelajaran Miss. Patrick ya ?” sekejap aku melihat ekspresi Eza.memang, Eza tak bisa menyembunyikan ekspresinya jika bersamaku. Sekejap mukanya memerah walau ditutupinya dengan komik death note yang asyik dia baca sambil menyetel i-pod miliknya.sejenak perasaanku semakin tak enak.
“ Kok, tiba-tiba gitu sih?emangnya apa sih urusan Loe sama Rara ampe tukeran tempat duduk sementara ?” secepat kilat aku memikirkan alasannya.dalam 0,1 detik aku segera memberi alasan.
“Loe tau kan Za, kemaren gue jalan sama anak-anak buat jihad nonton Harpot yang terbaru..kan udah gue certain kalo kemaren gagal total.jadinya,gue nanya ama Rara.dia ngusulin buat nonton hari ini coz dia mau nitip tiket ama kakaknya yang kerja di twenty one..”sebelum dihujani pertanyaan lebih lanjut yang intinya aku gak boleh transmigrasi ke bangkunya Rara, aku cepat berlari ke belakang dan meminta Lisa untuk pindah ke bangku ku. langsung saja, sambil mengangguk pelan Lisa berjalan dan duduk di bangku Eza. Suasana kelas yang ricuh lantas sunyi sekejap dan ketua dari ketua yang paling rebut di kelas,Kusuma langsung saja angkat suara bernada mengejek berbarengan koor anak cowok lainnya.aku pun duduk di sebelah Rara dan memulai basa-basi.
“Ra,gimana hari ini? Jadi gak?”
“Siip deh,pokoknya taunya pulang sekolah,kita langsung ke twenty one,oke cuy?”aku tahu Rara memang bisa diandalkan. Salah satu pe basket termungil yang always ngomong nyeplos apa adanya itu memang selalu menepati janji yang terucap dari mulut mungilnya itu.
“Oh ya, sekalian gue nanya deh…”ujarku bernada sedikit serius. Rara langsung connect dengan keseriusanku membisikiku.
“pasti soal Eza ama Lisa,kan?” sip!jackpot.tepat sasaran banget.aku mengangguk cepat.
“Sebenernya….”Rara membisikiku. Kontan aku berdiri sambil mengucap,
“APA?” kontan seluruh mata tertuju padaku.Miss.Patrick itu tak khayal menoleh sambil menatapku seolah ingin memakanku bulat-bulat.
“Ada apa saudari Misa ?”
“Ah, saya hanya terkejut melihat bahan mid semester yang ibu tuliskan saja…karena saya sudah banyak tidak masuk sekolah…jadi, ibu pasti bisa memaklumi kalau saya terkejut melihat mata pelajaran yang belum saya pelajari tertera di papan tulis sebagai bahan ujian..”
“Oh,kalau begitu, setiap istirahat kamu bisa bertanya pada ibu..itupun jika kamu sedang senggang..”
“Terimakasih banyak bu..” aku duduk sambil menghela napas.Rara cekikikan melihat tampang sekaratku itu.
“Makanya..gak usah terlalu terkejut gitu deh…biasa aja kale!”
“sori deh..phew..untung cepat-cepat bikin alasan..kalo nggak…”
“Hahaha…kalo Loe gak pakr di bidang itu, gak bakalan betah deh Loe jadi wartawan..”
“Khh..emangnya jadi wartawan harus pinter-pinter cari alasan,gitu?dasar…kalo gue gak wawancarain Kak Kevin dulu, Loe pasti gak bisa deh…”
“Iya,gue ngerti..gue gak bakal bisa jadi pacarnya,kan?ok thanks banget buat yang satu itu..anyway,jadi gak ni, balik nonton film?mo ikut gak?”
“Err..kayanya gak deh Ra..Loe kasih aja tu tiket sama ZeLa, doi kan ngebet banget mo ketemu ama Daniel Radclife pujaannya itu..sayangnya aja,akhir bulan gini dia lagi bokek..ajak aja dia, bilang itu gratis dari gue..gue ada forum yang harus diikuti pulang ini..sori ya?”
“uda deh, ngomong aja kalo loe gak mau jalan bareng Lisa yang udah ngerebut Eza dari Loe kan?”
“Ye,bukan kale!sejak kapan Loe jadi memvonis gue seneng ama Eza?lagian gue ama dia Cuma temen dan gak lebih!”ujarku sembari mengerjakan latihan matematika segunung yang diberikan Miss. Patrick barusan.
“Yah,sapa tau? Soalnya…Loe kelihatan cemburu berat de..”
“Ih,enak aja…dia kan sohib Gue dari kecil..justru yang gue keselin,napa dia gak ngasih tau Gue duluan soal itu…secara, berarti dia gak nganggep Gue sohibnya dong?”
“Gak gitu kale!”aku tertawa cekikikan dengan Rara.berusaha menyembunyikan hatiku yang terasa pahit,pahit sekali…mendengar Reza jadian sama orang lain.terlebih, aku sama sekali tak tahu menahu soal itu.padahal, jika dia menganggapku sebagai sahabatnya..pastinya dia akan cerita..toh selama ini, hal sekecil apapun akan diceritakan
bersambung..